Kamis, 21 April 2011

Mona (Kisah yang Mengharukan)





13007888941041859914

mona(kisah yg mengharukan,perjuangan seorang anak berusia 12 tahun sebatang batang kara di jakarta mencari ibunya sampai mati

1.sesal
Saat yang membahagikan buat aku adalah saat aku bersama kedua orang tuaku. Tapi kebersamaan yang membuatku bahagia itu rasanya sudah tidak mungkin aku rasakan kembali. Bukan karena, aku seorang anak yatim-piatu,bukan pula aku seorang anak yang di buang oleh kedua orang tuaku.Tapi karena tindakan yang bodoh yang pernah aku lakukan 10 tahun yang lalu yaitu kabur dari rumah. Yang membuat kedua orang tuaku kecewa,dan sampai sekarang mereka tidak mencariku.
Namaku Mona Saroh aku lahir di Cirebon Jawa Barat lebih tepatnya di desa sampiran.Usiaku sudah menginjak 23 tahun. Sudah 10 tahun aku tinggal diJakarta sebatang kara. Saat itu aku masih berusia 12 tahun. Dan begitu pelik penderitaanku saat itu,hingga sampai ke benteng ketahananku terhadap pederitaan yang bertubi-tubi saat itu. Dan sekarang aku merasakan begitu manisnya manfaat dari apa yang ku dapat dari masa laluku yang begitu pahit. Sungguh ini nikmat yang tiada tara, aku yakin ini semua takdir dari tuhan. Untuk menjadikan aku,wanita tegar dan sekuat batu karang.
2. Dinikahi pada usia 12 tahun
Keadaan seperti ini bermula,10 tahun yang lalu,kedua orang tuaku ingin menikahkanku dengan seorang pria dewasa yang terpaut usianya 15 tahun dariku.Saat itu aku sangat bahagia,senantiasa menantikan hari pernikahanku dengan mas arifin. Aku ingin segera, merasakan kebahagian yang dirasakan oleh teman-temanku yang sudah mendahuluiku saat itu. Dan satu minggu sebelum akad nikah di selenggarakan. Suatu kejadian yang membuatku shock dan menyakitkan bagiku. Kejadian yang seharusnya tidak kulihat dengan mata kepalaku,yaitu calon suamiku seorang pemakai narkoba. Kejadian itu tidak sengaja kulihat,saat Mas Arifin mengkonsumsi barang terlarang. Ia pun tidak mengetahuinya saat aku pergoki. Kejadiaan itu membuat hatiku melubang,sehingga membuatku salah dalam mengambil keputusan saat itu. Mungkin juga,karena aku masih berusia 12 tahun.
Saat itu perasaanku tidak karuan ,pikiran tidak kosentrasi,dan tidak tahu bagaimana menghadapi masalah itu. Ingin menceritakan kepada kedua orang tuaku namun tak mungkin ,pasti mereka tidak percaya,karena Mas Arifin terkenal shalih di desa sampiran saat itu. Akhirnya aku memutuskan untuk melarikan diri dari rumah. Dengan menulis surat, yang aku selipkan di vas bunga meja kamarku.
UntukBapak dan Ibu
Ibu,maafkan Mona,Mona harus pergi. Mona tidak ingin menikah dengan pria yang terpaut usianya jauh dari Mona alias bujang tua. Kalau ibu dan bapak masih menginginkan Mona menikah dengan Mas Arifin. Ibu tidak usah mencariku. Maafkan Mona,Mona sudah mengecewakan Bapak dan Ibu.
Mona Saroh
Itulah sekilas, kenapa aku hidup di kota Jakarta sebatang kara.
3. keinginan yang tak sampai
Sebenarnya aku ingin melanjutkan sekolah sampai kuliah. Tapi apa boleh buat ,tidak mungkin. Karena keinginan itu cuma mimpi dan sampai kapan pun hanya mimpi. Karena orang tua aku menyuruhku untuk menikah,awalnya aku juga tidak mau menikah,tapi karena saat itu aku melihat teman-temanku menikah,aku menjadi ikut ikutan. Kedengarannya memang aneh,tapi beginilah keadaan desaku saat tahun 1996 lalu. Anak-anak desa sampiran setelah lulus SD, mayoritas kerja di pabrik atau di nikahkan oleh orang tuanya.
Mereka melarang anaknya untuk melanjutkan sekolah,karena menurut mereka percuma.Gelar sarjana tapi ujung-ujungnya ke sawah atau jualan sayur. Namun walaupun mereka demikian,mereka sangat agamis,ramah serta rasa tolong menolong terhadap tetangga tinggi. Bahkan di desaku pesantren itu berdekatan dengan pesantren lainnya. ada 4 pesantren yang berjejer di dekat rumahku, nama blok desanya yaitu Jaha.
Dan masih banyak kelebihan dari desaku,di desa sampiran mayoritas anak-anaknya sudah hatam Al-Quran. Aku hatam al-quran dari umur 8 tahun saat masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Dan banyak teman-teman aku yang lainnya seperti aku. Dan biasanya setelah anak hatam Al-Quran,ia akan belajar kitab gundul tentang Fiqih,Akidah Akhlak dan Hadist.
4. Di jakarta aku menangis tengah malam
Saat itu sekitar pukul 1.23 pagi aku baru sampai di Jakarta ,dari Cirebon sekitar pukul 19.00 ba’dah isya. Ternyata benar apa yang orang bilang,Jakarta kota yang tidak pernah tidur.aku melihat sendiri saat itu,sudah pukul 2.00 tapi masih sangat ramai.saat itu,aku bingung ingin kemana,sedangkan mata yang menakutkan itu melihatku dengan geram.Masih bimbang dan tak bertujuan, aku tetap berjalan,padahal saat itu mataku sudah sepet.aku ingin istirahat”tapi dimana ya tuhan?”.Kebimbangan yang membawaku ke Jakarta yang sebagian orang bilang kota  yang sangat keras itu.
Sesekali aku membalas mata yang geram itu,dengan senyum yang sedikit memaksa.Namun mata itu semakin geram melihatku. Aku tertunduk tidak bisa menahan kesedihan saat itu,sampai aku menangis dan air mataku tak bisa aku bendung. Sesekali aku usap air mata ini dengan kerudungkuyang sudah lusuh dan dekil.
Kelelahanku membuatku berhenti dan duduk diantara gelandangan yang tertidur nyenyak. Aku meratap kesedihan “betapa malangnya aku”. Hingga aku tak sadarkan diri dan tertidur diantara mereka.
5. Bekerja di masjid Al-Arif jagal senen sebagai marbot
Pagi,saat itu bekal uang 500 perak,aku berjuang sendiri di Jakarta,tepatnya di stasiun dan terminal senen. Aku mondar mandir,lantang luntung ,panas sampai hujan mecari kerja di sekitar stasiun dan terminal senen. Dan berkalikali di tolak dan di hina,”dasar anak ingusan”,”anak kecil bisa apa”,”paling juga nipu” dan banyak lagi cemo’oh yang ku telan selama tiga hari aku mencari pekerjaan itu. Sangat menyedihkan dan miris buat aku yang masih berusia 12 tahun,yang saat itu aku baru ke Jakarta. Lengkap sudah penderitaanku saat itu. Tapi dengan semua itu ada kalimat hati yang aku ingat yang membuatku untuk kuat.ibuku selalu bilang”inget dadi wongku kang sabar karna wong sabar AllahSWT luih nang amale beli kebates”itulah kalimat hati yang terpatri dalam hati sampai detik ini.
Saat mencari pekerjaan itu,aku baru 3 hari berada di Jakarta. Aku merasa sangat tidak berarti. Dan merasa orang yang paling sedih dunia adalah aku,terlebih aku sangat kelelahan pada hari itu. Aku merasa hari itu paling melelahkan,dan kelelahanku tidak terbayar,semuanya nihil.Namun Allah mempunyai maksud lain. Ada hikmah di balik kelelahanku itu,Allah maha pemurah. Saat selesai aku menunaikan kewajibanku,mengalunkan nada ayat-ayat allah pada waktu magrib di masjid raya al-arif jagal senen.
Dan saat  itu ada seorang laki-laki menghampiriku,dan ia melemparkan mulutnya dengan sopan.
“kamu siapa,sudah 3 hari aku perhatikan kamu sholat dimasjid ini”,yang menurut ia pemandangan itu tidak pernah ia dapatkan di kota jakarta yang sangat semraut ini.
Dengan ketakutanaku menjawab
“aku mona ,sudah 3 hari saya di Jakarta dan berada distasiun dan terminal senen ini sendiri
Dengan penasaran ia bilang”kok bisa” ,
aku pun menjawab dengan lebih tenang
“aku melarikan diri dari rumah,karena kedua orang tuaku ingin menikahkanku dengan pria dewasa yang lebih tua dari ku 15 tahun”.
Mas-mas itu pun bertanya “bukankah di nasihatkan untuk wanita agar jangan menolak laki-laki karena usianya terpaut lebih tua atau sebaliknya?”,
aku menghela nafas sambil sedikit tersenyum
]
“aku tahu mas,bahkan kalau calon suamiku lebih tua atau sebaliknya,aku menerimanya. Asal ia shalih dan bisa membimbingku. Nabi Muhammmad Saw,menikahi aisah saat beliau berusia 53 tahun dan aisyah berusia 9 tahun. Dalam islam terpaut usia jauh itu bukanlah di jadikan alasan untuk menolak seseorang yang melamar kita. Berapa umurnya dan ia shalih kita harus menerimanya,jika tidak aku akan dosa. Tapi mas arifin bukan calon suami yang shalih,dan tidak memenuhi syarat sebagai suami teladan seperti Nabi Muhammad”.
Ia banyak bercerita tentang kehidupan di Jakarta yang jauh berbeda dengan kampungku. Dari situlah aku mengenal tentang kehidupan di Jakarta yang sebenarnya.Dan aku lebih mengerti dalam mengalami suatu kejadian yang aneh diJakarta ini. Termasuk orang menilai orang lain itu sama yaitu jahat atau tidak baik. Padahal sebenarnya tidak semuanya seperti itu.
Namanya Rizky,aku panggil ia “Mas Rizky”,ia yang mengajak aku bekerja di Masjid Raya Al-Arif jagal senen. Walaupun hanya di beri upah makan sekali dalam seharinya. Aku sangat bersyukur,karena akhirnya aku bisa bertahan hidup. Yang saat itu uangku tinggal 200 perak.
Dari situlah aku bisa bertahan hidup,walaupun aku hanya di beri upah makan sekali dalam setiap harinya. Aku sangat bersyukur,terlebih Allah memberikan seorang teman yang sangat baik. Yaitu Mas Rizky seorang marbot Masjid Raya Al-Arif jagal senen. Ia seorang pria berusia 27 tahun yang shalih,baik,rendah hati dan mau berteman dengan siapa saja.
Aku bangga dengan kebaikannya ,walaupun seorang marbot ia sangat pintar,dari apa yang ia ucapakan,mencerahkan untuk masalah dunia. Mencerahkan dunia yang begitu sangat pelik dan rumit berlandaskan Hadis dan Al-Quran,bukan memakai logika,
yang menurut ia ,
“sesuatu yang di dunia di bicarakantidak berlandaskan Al-Quran dan Hadist ,Cuma memakai logika makadunia akan hancur”
untuk dunia yang semakin tua dan sudah tidak adakeadilan ini.
6. wanita tegar
Saat itu sudah beberapa bulan aku di Jakarta, namun kedua orang tuaku tidak ada tanda-tanda atau usaha untuk mencariku.aku sangat sedih dengan kenyataan ini. Akhirnya dengan rasa sakit aku bisa menerima hal yang sangat menyakitkan, buat seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya. Tapi aku yakin Allah mempunyai rahasia yang manis dibalik kepahitanku yang aku rasakan saat itu.
Rahasia ilahi yang membuatku semakin kuat dan bersyukur,bukan cuma di datangkan seorang Malaikat yang rendah hati nan baik saja alias Mas Rizky. Kenikmatan itu datang perlahan dan pasti dalam urung 4 tahun aku di jakarta,untuk lebih menguatkanku menjadi wanita tegar.
7. AIIS(anak indonesia ingin sekolah)
“Sungguh!, keadaan yang sangat luar biasa”,anak-anak stasiun dan terminal senen yang biasanya mangkal menjadi pengemis,pengamen. Bahkan pencopet mereka ingin belajar mengaji denganku. Hati mereka tergugah untuk belajar,karena dari lubuk hati yang paling dalam sebenarnya mereka ingin belajar dan sekolah tapi kedua orang tua mereka tidak mengizinkan. Karena ,”keadaan ekonomi krisis”,itu alasan orangtua mereka.
Hatiku tergugah dengan apa yang mereka rasakan saat itu,keinginan teman-teman untuk maju dan berkembang namun orang tuanya melarang mereka untuk sekolah. Sungguh hal yang sangat menyedihkan buat mereka. Pada waktu itu tahun 2000,aku sudah berusia 15 tahun,dimana tahun itu ada boss(bantuan operasional sekolah) untuk anak Indonesia wajib belajar 9 tahun.dari situlah aku dan mas arifin membentuk sebuah organisasi yang bernama”AIIS (Anak Indonesia Ingin Sekolah)”. Aku sebagai ketua dari organisasi AISS dan mas arfin sebagai pembimbingnya.
Urung waktu sekitar 8-9 bulan organisasi AIIS sangat banyak anggotanya. Aku bahagia melihat hal ini. Ternyata banyak anak Indonesia yang berkemaun keras untuk sekolah namun orangtuanya tidak mengizinkanya justru menyuruh mereka mencari nafkah bahkan mencuri. Pemikiran yang sangat picik,pemikiran yang sama dengan para orang tua yang berada didesaku.
AIIS pun berkembang,aku pun semakin dekat dengan Mas Rizky. Ia sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri. Dia memang orang yang hebat yang aku temui,seorang marbot yang jarang di temukan,pintar dan berpengalaman.Dengan pintar dan pengalaman Mas Rizky berbagi ilmu dengan anggota AIIS termasuk berbagi denganku.
Ba’dah Sholat Isya ia selalu mengajarkanku tentang pelajaran matematika,bahasa  indonesia ppkn. Dan saat siang ,aku pun ikut mengajarkan teman-teman AIIS belajar mengaji,ilmu Fiqih,Akidah Akhlak. Dan sering kali mengajarkan pelajaran Matematika,Pkn,dan Bahasa Indonesia yang biasanya pelajaran ini yang mengajar adalah Mas Rizky,karena Mas Rizky sering tidak bisa mengajar karena ada sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan maka aku yang menggantikannya.
8. wanita misterius
Suatu ketika  ada seorang wanita dewasa yang berkunjung ke Masjid Raya Al-Arif jagal senen,ia mencari Mas Rizky. Ketika aku perhatikan,hubungan mereka sangat akrab. Dalam hati “mungkin ia saudaranya,tapi tidak mungkin”, wanita itu cantik dan kaya,terbukti ia mengendarai sebuah mobil mewah.
Ternyata wanita itu bernama Nadia ,wanita berusia 24 tahun itu berjilbab,cantik dan ramah.kalau melihat dia seperti artis Ineke Koesherawati. Mas rizky mengaku Mba Nadia adalah temannya,tapi menurutku janggal. Seperti ada yang di tutup-tutupi,dan Mba Nadia sering menjenguk Mas Rizky,yang membuatku sedikit terganggu.
9. Curiga
Saat itu Mba Nadia menjenguk Mas Rizky kembali,saat itu aku sangat cemburu terhadapnya.Jengkel dan kesal,dalam hati “sebenarnya siapa Mba Nadia?”,pertanyaan hati itu sering ku ulang ketika Mba Nadia menjenguk Mas Rizky. Mba Nadia sangat ramah dan baik terhadapku,akhirnya aku bisa menahan rasa tergangguku dari keramahannya.
Mba Nadia juga ikut serta dalam “organisasi AIIS”,dan ia begitu aktif dan membuat anggota AIIS lebih berkembang. Aku senang melihatnya mengajar teman-teman AIIS ,ia mengajar dengan santai dan jelas. Tapi dengan hadirnya Mba Nadia,aku menjadi banyak melihat pemandangan yang tidak wajar dan janggal menurutku.
Mba Nadia begitu akrab dengan Mas Rizky,seperti bukan teman atau sahabat. Aku merasa lebih tidak wajar saat tidak sengaja aku melihat Mas Rizky mencium kening Mba nadia, saat Mba Nadia pamit pulang.pemandangan yang menurutku wajib di curigai,
“apa sebuah persahabatan atau teman baik di Jakarta itu wajar,mencium kening sahabat atau temannya”.Pertanyaan hati itu muncul.
10. Surat untuk menteri pendidikan
Malam itu aku berkeluh kesah dengan Mas Rizky,yang sudah aku anggap kakak aku sendiri. Mempertanyakan hubungan Mas Rizky dengan Mba Nadia,tapi seperti biasa ia menjawab “Cuma sahabat”. Aku juga mempertanyakan nasib AISS yang sudah berjalan 11 bulan. Dan menunjukan sesuatu kepada Mas Rizky yaitu surat untuk Menteri Pendidikan. Yang sampai sekarang masih aku simpan.
Jakarta,April 2000
Untuk Bapak Menteri Pendidikan Republik Indonesia
Aku tahu surat ini tidak akan di baca,atau akan di baca namun nanti ketika kesibukan Bapak sebagai Menteri Pendidikan aman terkendali atau punya luang waktu untuk membacanya. Dan surat ini akan menunggu panjang ditumpukan surat-surat Bapak dari rakyat atau menunggu dengan tumpukan arsip arsip Bapak. Mungkin surat ini hanya di tulis oleh seorang anak kecil yang baru berusia 15 tahun dan tidak berpendidikan. Tapi walaupun di tulis oleh anak yang tidak berpendidikan,isi dari surat ini sangat penting yaitu “Untuk Mencerdaskan Anak-anak Bangsa”.
Kami adalah kumpulan anak-anak yang ingin sekolah dan kami mempunyai organisasi yang bernama, “AIIS (Anak Indonesia Ingin Sekolah)”. Kami tahu  anda mempunyai program “BOS(Bantuan Operasional Sekolah)” salah satu cara untu mencerdaskan bangsa. Tapi sepertinya tidak dengan kami,walaupun kami anak bangsa yang ingin sekolah. Tapi kami tidak bisa menikmati fasilitas Negara ini,karena orang tua kami melarang kami untuk sekolah. Kami yakin selain anak-anak di AISS , masih banyak anak-anak di seluruh Indonesia yang mengalami seperti itu.”dilarang oleh orang tuanya sekolah”. Untuk itu kami  mohon bapak menteri dengan organisai AIIS(Anak Indonesia inginsekolah). Yang beranggotakan anak-anak pengamen dan pengemis yang bertempatan di Masjid Raya Al-Arif jagal senen, samping terminal senen. Terima kasih untuk perhatian dari Bapak Menteri.
TTD
Mona Saroh
Itulah isi surat kuwaktu itu,yang aku tunjukan ke Mas Rizky setelah Sholat Isya. Yang niatnya aku minta pendapat dari ia, namun ia tidak berpendapat apa-apa setelah membacanya. Ia hanya bilang
“salin surat ini,untukku”.
Aku tidak banyak bertanya,
“buat apa?”dalam hati.
dan aku cuma menyalin dan memberi kepada Mas Rizky.
Besok harinya,
“Mas,aku ingin sekali mengirim surat untuk Bapak Menteriini,(sambil membawa surat yang semalam di tunjukan) tapi bagaimanamengirimnya?”.
Pertanyaan yang seharusnya aku tanyakan semalam itu,baru aku lempar saat bersih-bersih Masjid Raya Al-Arif jagal senen.
Mas Rizky”aku juga bingung Mon,mengirimnya kemana?”.
Dan aku sangat kecewa dengan jawaban Mas Rizky.
Organisasi AIIS semakin banyak anggotanya,dan dana untuk AIIS semakin berkurang.Tenaga pengajarnya pun cuma 3 orang,Mas Rizky,Mba Nadia dan aku.Tapi Alhamdulilah Mas Rizky suka berinfaq untuk AIIS,yang lumayan lebih dari cukup banyak. Aku heran dengan Mas Rizky,”uang dari mana yang ia dapatkan selama ini,untuk berinfaq yang jumlahnya cukup besar?”. Dan Mba Nadia yang selalu membawa makanan enak untuk anggota AIIS. Sungguh ,nikmat yang melimpah mempunyai pengurus AIIS seperti mereka,tidak seperti aku, yang mengandalkan AIIS dari mereka.
11. ko Alfi
Dengan keadaan demikian, aku merasa ingin bekerja untuk menambah kas AIIS. Awalnya aku tidak di perbolehkan oleh Mas Rizky,dengan alasan
“mau bekerja apa?,dan ia khawatir aku kelelahan”.
Tapi aku memaksa,dan akhirnya ia mengizinkan aku bekerja.
Saat itu aku mencari pekerjaan dan aku bekerja di sebuah toko alat jahit-menjahit di Pasar Baroe. Yang mempunyai toko tersebut seorang pemuda Chinese . Nama pemilik toko itu,bernama Alfian berusia 20 tahun. Dan aku memang gila dengan ko Alfi. Ia seorang pemuda keturunan Chinese yang sangat baik yang pertama aku temui.
Dan ketika ia tahu aku mempunyai sebuah organisasi tentang anak bangsa yang ingin sekolah. Ia selalu membawakan aku banyak makanan bahkan uang yang menurutku banyak untukorganisasi AIIS.seorang majikan yang baik hati dan tampan menurutku.
Saat pertama aku menerima pemberian dari nya, aku menangis karena bahagia dan juga karena sedih. Dan sampai saat ini ia masih suka memberi banyak daricukup untuk AIIS ,dan setiap ia memberi mataku tidak bisa menahan tangis. Karena aku ingat dengan ucapan guru ngaji di kampungku.
Saat itu Ko Alfi merasa tidak enak denganku,dan ia menayakan kepadaku
“Mona,kenapakamu selalu menangis setiap aku memberikan sesuatu?”,”apa kamutidak bisa menerimanya,apa ada yang salah denganku”?,Tanya Ko Alfi.
“Tidak ko,aku tidak apa-apa,aku cuma ingat dengan sesesorang yang baiknya seperti Ko Alfi”,aku terpaksa berbohong.
“Ooo.. ya sudah,kamu jangan menangis lagi ya?”,Ko Alfi menenangkanku.
Ko Alfi selain baik ia sangat perhatian denganku,ia selalu mengingatkan aku makan dan Sholat walaupun ia bukan seorang Muslim. Aku sangat menyukainya,karena ia sangat baik. Pikiranku pun terlintas
“Andai saja ia seorang Muslim”.
11. Membuat naskah pidato
Sore itu setelah aku baru pulang kerja ,aku segera mengalunkan Ayat-ayat Allah pada waktu Ashar setelah itu aku langsung membersikan Masjid. Dan Mas Rizky menghampiriku dan bilang dengan raut muka serius
“Mon,coba kamu tulis pidato,dimana AIIS di undang oleh Bapak Menteri Pendidikan padaHari Pendidikan Nasional yang tamunya para pejabat”,
“kamu bisatidak ?”,mas rizky seperti menantang.
Dengan PD Nya aku jawab “bisadong!”.
Dengan gampangnya Mas Rizky bilang”besok jadi ya!”,
“Hah?Ga salah Mas?”.
“Tidak,kan besok HarDikNas…!!”.
“Ooh,iyaya..”sambil melongo(bahasa jawa yang artinya bengong)
Toneng…toneng seakan otak ku berbunyi seperti itu..
“Mana bisa…!!”.
Akhirnya dengan semampuku aku menulis pidato.”Bagaimana ya?,bingung awalnya seperti apa?.Akhirnya aku bisa menulis pidatonya walaupun awalnya sulit bagiku.
Besok pagi Mas  rizky naskah pidato yang aku buat semalam.
“Ada yang aneh menurutku”,dalam hati.
Aku langsung memberikan naskah pidato yangaku buat semalam.
Siang itu,aku dan teman-teman AIIS sudah berangkat.Tetapi,Mas Arifin melarangku untuk bekerja,padahal aku baru saja bekerja 2 minggu.Aku kesal dengan Mas Arifin karena ia melarangku untuk bekerja,dengan terpaksa akhirnyaaku berhenti bekerja.
12. Mona Bertemu dengan menteri pendidikan
Besok siang aku kumpul untuk mengajar mengaji teman-teman AIIS,namun baru mau aku mulai. Mas Rizky dan Mba Nadia datang untuk mengajak kami untuk ikut dengan mereka. Mereka sangat kelihatan sumringah mengajak kami untuk ikut. Padahal aku sudah menayakan,”mau kemana kita?”. Tapi mereka cuma senyum-senyum dan Mba Nadia bilang,”Sudah kalian tenang saja!”,kita bersenang-senang hari ini!”. Akhirnya aku tidak bertanya lagi,setelah tahu ingin bersenang senang.
Ternyata kita diajak ke lapangan banteng,yang dimana di lapangan banteng ada sebuahacara dan kami diajak mereka duduk. Aku sangat menikmati acara itu,begitu juga yang lain. Tapi tidak ku lihat pemandangan Mas Rizky danMba Nadia menikmati atau tidaknya,karena mereka tidak ada di tempat.Tidak tahu dimana. Tapi aku tidak begitu memperdulikan mereka. Karenaaku sangat menikmatinya.
Dalam acara itu,acara HarDikNas(Hari Pendidikan Nasional). Sebuah tarian Betawimenyihir mataku. Dan semakin tersihir melihat pembawa acara seorangwanita yang cantik tinggi seperti model.
Dan ia mempersilakan
“Untuk sebuah organisai AIIS,dan untuk ketua AIIS Mona Saroh di persilakan naik ke panggung untuk berpidato”.
Sangat mengejutkan”apa akusalah dengar”,
Namun pembawa acara itu mengulang untuk ke naik keatas panggung. Aku sangat kaget
“Ternyata aku tidak salah dengar!”,hati aku saat itu berdegup kencang keras,karena sangat tidak mungkin,seperti mimpi saja.
Aku pun berdiri,mataku celangak celinguk mencari Mas Rizky dan Mba Nadia.Tapi sosok mereka tidak aku dapatkan. Akhirnya , aku naik ke atas panggung. Ketika itu aku sangat takut,gemetar dan bingung ingin berpidato apa.”Kebetulan , semalam aku di suruh Mas Rizky membuat pidato untuk HarDikNas walaupun tidak membawa naskah aku masih ingat sedikit-sedikit”,dalam hati. Dan pembawa acara yang cantik itu menjelaskan tentang organisasi AIIS “Mona Saroh ini adalah ketuadari organisasi AIIS (Anak Indonesia Ingin Sekolah) Ia pernah menulis surat untuk Bapak Menteri Pendidikan”. Aku semakin bingung dengan pernyataan pembawa acara tersebut bergeming dalam hati,”Aku memang pernah menulis surat untuk Bapak Menteri Pendidikan namun belum akukirim”. Masih kebingungan,aku baru ingat, “Pasti Mas Rizky yangmengirimnya”, Dalam hati.
“Untuk adik kita Mona Saroh kami persilakan”,pembawa acara itu mempersilakanku.
Aku tersenyum padanya. Dan aku mulai berpidato,dan bingung mulai darimana. Aku pun melihat audien yang sangat banyak,mereka bertepuk bangga terhadapku. Aku melihat ke barisan Bapak dan Ibu-ibu yang berpakaian rapi yaitu Bapak Menteri Pendidikan dan para pejabat ia tersenyum,seakan mereka bilang”Kamu bisa nak!”, dan aku melihat ada seorang Laki-laki dan Perempuan yang mengacungkan jempolnya. Dan wajah itu tidak asing bagiku”Masya Allah ,Mas Rizky dan Mba Nadia ada di barisan tempat duduk para pejabat dan Bapak Menteri Pendidikan”. Dengan pemandangan yang aku lihat, aku semakin kuat dan percaya diri, aku pun mulai berpidato.
Assalamualaikum wr.wb
“Nama saya Mona Saroh,mewakili organisasi AIIS (Anak Indonesia Ingin Sekolah). Kami adalah kelompok dari Jakarta Pusat tepatnya di Masjid Raya Al-Arifjagal senen yang berdiri dari anak-anak usia 12 dan 15 tahun, aku bingung bahkan gugup ingin memulai dari mana, karena aku tidak tahu menjadi seperti ini. Yang pasti dengan kegugupan dan kebingunganku,aku mewakili anggota AIIS sangat bahagia. Banyak suara hati mereka,yang aku ingin sampaikan. Yang pasti,kami (AIIS) berada di sini mewakili anak-anak di seluruh Indonesia, “Yang bertekad ingin sekolah, namun orang tuanya tidak mengizinkan”. Dan sebagian besar dari kami,cuma diam untuk menunjukkan kalau kami patut terhadap mereka. Kami berada disini untuk berbicara bagi anak–anak Indonesia yang sekarat hatinya,karena lelah hati walaupun Pemerintah menggalangkan BOS(Bantuan Operasional Sekolah). Namun orang tua mereka tetap kekeh untuk tidak menyekolahkannya. Mereka lebih senang kami bekerja dipabrik-pabrik setelah lulus Sekolah Dasar. Apakah anda(Pejabat Negara/ Menteri Pendidikan) khawatir terhadap masalah ini,karena fasilitas untuk mencerdaskan anak bangsa tidak terpakai alias mubajir?. semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Berlaku tegaslah pada Negara ini,agar masalah kita terselesaikan dari kemiskinan dan pengangguran. Saya tidak tahu bagaimana caranya agar kemiskinan dan penganguran di Indonesia terselesaikan. Dan anda tidak dapat mengendalikan 2 masalah itu dengan memprogramkan agar anak Indonesia yang kurang mampu untuk wajib sekolah 9 tahun dan BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Tapi hasilnya para orang tua tidak mengerti dengan rencana tersebut bahkan mengerti namun mengabaikannya. Sungguh pola pikir yang sangat picik.Aku hanyalah seorang anak kecil yang berusia 15 tahun namun begitu aku tahu bahwa kita semua mempunyai permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama yaitu mencerdaskan bangsa.Dan akhirnya kami membentuk AIIS yang di bantu oleh kakak kami yang bernama Mas Rizky Andhika dan Mba Nadia Safitri. Aku tidak tahu ,apa yang akan terjadi setelah aku berbicara disini. Karena , aku memang menulis surat untuk Menteri Pendidikan tapi aku belum mengirimnya.untuk itu dengan bermula gugup dan bimbang serta aneh,kami Anggota AIIS hanya ingin bersekolah menikmati program Negara.Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamualikumwr.wb
Setelah berpidato,sebelum aku turun dari panggung. Pembawa acara itu merangkai kata yang menggambarkan bahwa orang yang berada pada acara hari itu sangat bangga terhadapku”sangat menggugah dan anak Indonesia yang sangat luar biasa”, aku tersenyum bahagia,berulang-ulang mengucapkan “Terima kasih…”. Dan orang yang membantu Mona hingga berada di sini adalah anak dan menantu dari Bapak Menteri Pendidikan yaitu Nadia Safitri dan Rizky Andhika.”Untuk ibu dan bapak kami persilakan untuk naik ke panggung”.Sangat mengagetkan,akhirnya semua kejanggalan dan tidak kewajaran akhirnya terjawab sudah.”ternyata Mba Nadia dan Mas Rizky adalah pasangan Suami Isteri. Dan Mba Nadia Safitri adalah Anak Bapak Menteri Pendidikan. Subhanallah ,rahasia apa lagi yang membuatku bahagia hari ini ya Allah”,dalam hati. Hari yang sangat mengharukan saat itu menangis bahagia. Aku berpelukan dengan Mba Nadia dan Mas Rizky yang memegang punggungku. “Aku bangga terhadapmu Mona!”,puji Mba Nadia. Mas Rizky tersenyum kepadaku”Hebat kamu Mona!”ia juga memujiku.
Ternyata Mas Rizky berpura-pura menjadi marbot ingin menyelidiki anak-anak yang disekitar stasiun dan terminal senen untuk bahan tetis ,sebenarnya Mas Rizky berpura-pura menjadi marbot hanya sebulan namun karena ia kesusahan mencari bahan untuk tetis akhirnya ia mengundur-undur.”pantas saja Mas Rizky kalau malam tidak suka tidur di Masjid ternyata ia pulang ke rumah Isterinya, Mba Nadia”dalam hati. Saat itu aku sudah tahu dengan keadaan yang sebenarnya.
Semenjak hari itu nasib AIIS akhirnya terjawab sudah. Yaitu aku dan teman-teman ku yang lain di biayai sekolah hingga ke jenjang perkuliahan. Hubungan aku dengan Mas Rizky dan mba Nadia juga semakin baik dan dekat.
Semenjak saat itu aku benar-benar berhenti bekerja karena aku harus sekolah. Dan aku berhenti begitu saja,tanpa bilang ke ko alfi.
Organisasi AIIS sampai setelah itu masih aktif,walaupun tidak seaktif dahulu karena mas Rizky dan Mba Nadia juga teman-teman AIIS punya kesibukan masing-masing.
13. Mona di mutilasi
AIIS mempunyai suatu kegiatan Yaitu penyuluhan ke daerah –daerah di seluruh Indonesia.Penyuluhan berlangsung juga ke Pulau Jawa ke daerah Cirebon, yang kebetulan penyuluhanya dilangsungkan di Desa sampiran di mana ,aku dilahirkan.
Saat itu aku menjadi pembicara dalam penyuluhan “Pendidikan itu penting!” didesaku. Saat penyuluhan berlangsung mataku jelalatan mencari–carikedua orang tuaku.”Apa mereka tidak datang ke penyuluhan ini?”,Tanya hati.”apa aku sudah lupa dengan wajah keduaorangtuaku?”Tanya hati lagi.Orang tuaku yang sudah aku tinggalkan10 tahun yang lalu.”Dan sepertinya warga di sini sudah tidak ingat dengan wajahku”,prasangka hati.
Aku sangat gregetan dengan keadaan saat itu,aku sudah lama merindukan mereka.Dan ingin rasanya ku tumpah curahkan betapa rindunya aku.Walaupun aku tahumereka tidak mempedulikanku,tapi aku ingin memberi kabar bahwa anaksemata wayangnya baik-baik saja.akhirnya dengan keadaan gregetan,setelah peyuluhan selesai.Aku berbicara tentang diriku yang sebenarnya.
Ketika aku berbicara tentang diriku yang sebenarnya.Aku bilang ke pada para warga”apa disini ada yang bernama ibu Maesaroh dan bapak Danang?…”mereka diam”apa kalian ingat denganku”,Semua mata itu melongo alias bengong kebingungan.Seakan dalam hati mereka semua berkata”Siapa sih..?”..aku pun melanjutkan pembicaran”Aku adalah mona anak dari Ibu Maesaroh dan Bapak Danang yang 10 tahun lalu melarikan diri dari rumah karena ingin di nikahkan dengan Mas Arifin yang kalian kenalbaik itu,dengan alasan melarikan diri karena tidak mau di nikahkandengan Mas Arifin yang usianya terpaut jauh dariku,tapi sebenarnyaalasannya bukan itu alasan yang sebenarnya karena Mas Arifin adalahpemakai obat terlarang,apa kalian ingat denganku?”Semua mata merekaberkaca-kaca bahkan banyak yang menangis.
Seorang Ibumenghampiriku,yang aku kira ibuku.”Ema,kulo kangen karo sampeankangen pisan!”.sambil menangis.”Dudu Mona,ini bi Kadmini TetanggaMona dulu!”Sambil berkaca-kaca matanya.”endi ema saroh,kulokangen bi!”..
Bi kadmini pun cerita kejadian yang sebenarnya,”pagi itu sangat mencengangkan ketika kabar kamu kabur dari rumah. Kabar itu tersebar luas hingga keseluruh desa. Pagi yang indah,tapi tidak untuk kedua orang tua kamu,saat kamu tidak di dapati di kamar mereka sangat mengkhawatirkamu. Terlebih kamu anak satu –satunya. Apa lagi ibu kamu menaruh gundah yang tidak bisa di tutup-tutupi,hingga orang pun tahu ,kalau ibu kamu sangat menyesal dengan perjodohan kamu dengan arifin. Simpang siur kabar kamu kabur dari rumah semakin ramai saja,namun hingga larut malam kamu tidak di temukan juga. Hasil pencarian pun membuat ibu kamu bertambah gelisah saat itu. Dan akhirnya kedua orang tuamu memutuskan untuk melaporkan masalah ini ke polisi. Pupus sudah harapan kedua orang tuamu menemukan kamu,karena 3 hari setelah lapor polisi,polisi mengabarkan bahwa kamu di bunuh tragis dengan cara di mutlasi. Pemandangan bi lihat,ibu kamu sangat menyesal dan merasa bersalah.terlebih ketika mayat kamu di angkat,ibu kamu menangis histeris. Suasana saat itu sangat hening namun menyedihkan dan menyakitkan. Pagi, 2 hari setelah kabar kematian kamu,kedua orang tua kamu pergi ke Surabaya dan ia bilang ke rumah saudaranya. Padahal besok harinya,ada anggota kepolisian yang mencari kedua orang tua kamu, untuk meminta maaf karena mayat kemarin bukan mayat kamu. Tapi kabar itu belum sampai ke mereka ,karena mereka belum pulang dari Surabaya sampai sekarang”.
Setelah bi kadmen ceritakan semua,akhirnya aku tahu kenapa kedua orang tuaku tidak mencariku, ternyata mereka mencariku,bukan karena mereka tidak peduli,tapi karena mereka tahunya aku sudah meninggal,dan lebih tragisnya mereka tahu aku meninggal di bunuh dengan cara yang sadis yaitu di mutilasi.
Sebenarnya kata bi kad,orangtuaku mencariku dengan menyertakan ciri-ciriku ke kantor polsek talun,Cirebon.Tidak di sertakan fotonya. Karena aku tidak mempunyai foto saat berusia 12 tahun.
Nama:Mona Saroh
JenisKelamin: perempuan
Umur: 12 Tahun
TinggiBadan: 140 cm Berat Badan :32 kg
Ciri-cirifisik: kulit putih ,berbadan sedang ,rambut panjang danberkerudung.tahi lalat di leher bawah.
Dan ketika anggota kepolisian memberi kabar bahwa aku di mutilasi kedua orang tuaku percaya karena korban mutilasi tersebut sama ciri-cirinya.Terlebih tahi lalat yang ada di leher bawah dan berkerudung.
Setelah kejadian tersebut sebenarnya Ibu Kadmini tetanggaku ingin memberitahu hal ini namun saat itu sangat sulit,karena waktu itu belum ada hand phone. Bi kad juga menceritakan, yang begitu sangat mengagetkan.”sebulan setelah kamu melarikan diri dari rumah. Ada sebuah kejadian yang mengejutkan di Desa sampiran yaitu 10 pemuda over dosis karena minum miras yang di campur-campur. dan 1 dari 10 yang overdosis itu ada yang meninggal yaitu Mas Arifin calon suami kamu”.”inalilahiwainailaihirojiun”, saat itu aku masih tidak percaya.
Semua berita itu aku dapat dari Ibu Kadmini,rumahku tidak berpenghuni alias suwung. Bangunannya mulai rapuh dan hancur.2 hari di Cirebon untuk penyuluhan akhirnya selesai,walaupun harapan untuk memendam rindu,pupus sudah.
14. ke surabaya
Aku pun masih melanjutkan penyuluhanku dengan teman-teman di desa-desa terpecil diantaranya di kota Pemalang,Semarang,Yogyakarta,Solo dan dimana ibu dan bapakku berada yaitu di kota Surabaya.
Saat itu dengan Besar harapan aku ingin bertemu dengan mereka,namun di Surabaya hanya 2 hari dan aku aku tidak tahu alamatnya di mana,terlebih kota surabaya itu sangat luas.dan penyuluhan cuma diadakan satu Desa.Dan akhirnya memang tidak mungkin,selesai penyuluhan,aku langsung pulang ke Jakarta saat itu.dan lagi – lagi kecewa yang aku dapatkan saat itu.
Setelah perjalanan ke Pulau Jawa untuk penyuluhan saat itu. Aku sangat kecewa,bukan karena penyuluhannya,tapi karena ,aku belum menemukan kedua orang tuaku. Aku bingung ingin mencari mereka kemana,kalau aku cari ke Surabaya percuma, kalau aku tidak mempunyai alamat kedua orang tuaku disana.
15. Bertemu ibu dan bapak walau aku sudah mati
Pagi itu aku pergi ke JIC(Jakarta Islamic centre) untuk mengikuti acara workshop menulis dengan penulis cerpen Betawi Chairil Gibran Ramadhan dan Ifa Avianty penulis novel. Kebetulan rumahku di Jalan Mangga samping kantor Kecamatan Koja,yang dengan JIC cukup dekat hanya naik KWK 07 turun di samping Pasar koja.Lalu jalan kaki sedikit untuk menuju JIC.
Saat berjalan menuju JIC,aku tertunduk,sesekali melihat orang-orang disekelilingku.mereka tersenyum,tapi aku tidak peduli karena aku merasa mereka tidak tersenyum padaku.uuhhh…ternyata aku melamun,saat itu.Dan masih banyak lagi seribu mata yang melihatku berjalan dan sesuatu yang mengganggu pikiranku,menemaniku berjalan. Di sepanjang jalan,yaaah..! mimpi buruk yang aku dapat semalam,aku memikirkan mimpi itu”Allah berkhendak lain yaitu mengambil aku sebelum bertemu dengan kedua orang tuaku dan orang tuaku hanya tahu aku mati dimutilasi”,itu mimpi semalamku . sambil merogoh kantong rok pinkku.mimpi itu masih bermain di otakku. Tiba–tiba ada seorang yang memanggilku,”Mona”.aku pun menghampirinya,”Ibu memanggilku”.ia tertawa geli ,hanya bilang “Ya…ya”.Wajah itu mengingatkan seseorang ,dan mata ia begitu dekat di mataku.”Siapa dia?”,tanya hati.Aku tidak mengenalinya,Ia kotor dan tidak terurus ia seperti orang gila.
Dan ketika itu ada seorang Bapak menghampiri aku dan wanita yang kurang waras itu,”Maaf neng dia isteriku”.Ia memang memanggil semua orang dengan nama Mona”Aku hanya tersenyum”Tidak apa-apa Pak!”Mari Pak!”Aku pun melanjutkan berjalan menuju ke JIC,aku merasa dekat dengan mereka tapi ,mereka siapa?Masih mengingat-ingat mereka itu siapa .Apa aku pernah melihat mereka sehingga wajah mereka tidak asing untukku… sepertinya aku masih melamun dengan mimpi kusemalam. Berusaha mengingat-ingat mereka. Setelah aku sampai kelantai 2 ke ruangan DKM untuk mengikuti workshop menulis. Seakan otak ini berjalan dengan cepat teng “Astagfirullah aladzim,Pria itu Bapakku”Aku pun lari sekuat kencang mengejar mereka. Sambil lari aku pun masih berfikir,”Ibu itu Ibu yang kurang waras itu ,Ya Allah Ibu gila itu ibuku” …
Aku lari sekuat tenaga dan orang-orang itu seakan bilang”ada apa?”tapi aku mengacuhkan mereka. Dan mata ini sudah menemukan apa yang aku kejar yaitu kedua orang tuaku yang berada di pinggir pasar koja.Aku pun menyebrang menuju Pasar Koja,tak sempatku tengok kanan kiri,saat menyebrang ada seseuatu yang menghantamku ,truk sampah yang melintas kencang itu menabraku. Semua mata itu teriak”tidak,ahhhh ambil ambulance,bawa ia ke rumah sakit”teriakan itu menemani ku lari,sambil tersenyum dan menangis kepada mereka yang peduli denganku aku teriak,”tak usah khawatir denganku,kalian jangan menghalangiku aku ingin bertemu dengan kedua orangtuaku yang sudah aku tingggalkan 10 tahun”,”Minggir kalian!”…Akhirnya mata ini sudah hampir dekat dengan kedua orangtuaku”Bapaaaaaak, Ibuuuuu….!” Aku teriak . Dia menolehku dan menghampiriku dengan rasa kebingungan.Aku pun tersenyum menangis bahagia.Tapi saat mereka menoleh ku dan berpapasan denganku , dan aku pun ingin memeluknya. Mereka mengacuhkan ku seakan mereka tidak melihatku. Ternyata kedua orang tuaku menghampiri segerombolan orang yang di tengah jalan”Bapak ini aku Mona”,sambil teriak. Tapi ia tetap saja berjalan menghampiri segrombolan orang-orang yang mengkrubuti orang yang penuh darah itu,aku pun mengikuti mereka.”kenapa ia?”Ayo cepat bawa ke rumah sakit!”Bapak teriak ke segrombolan orang-orang itu. “siapa ia?”tanyaku.
Penuh darah luka memar itu,
Berpakaian putih, berjilbab panjang dan memakai rok pink itu.
Siapa ia,
aku,
ia aku,
itu aku,
“aku sudah mati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar