Cinta, apa makna dari kata ini. Setiap orang bebas memaknai cinta. Cinta hanya bisa dirasakan namun tak bisa diraba apalagi dipegang. Perasaan itulah yang memaknai cinta. Oleh karena sifatnya yang abstrak, banyak orang yang mencari makna dari cinta itu. Mereka tak pernah lelah mencari cinta dan maknanya tersebut. Demi cinta mereka rela berbuat apa saja demi menemukan cinta. Pencarian itu bisa berakhir bahagia dan tragis.
Kisah Romeo dan Juliet merupakan salah satu cinta yang berakhir tragis. Kedua pasangan ini memiliki cinta yang abadi dan sejati. Kisahnya pun menginspirasi banyak pembaca. William Shakespeare berhasil menghadirkan cinta sejati lewat cerita Romeo dan Juliet tersebut. Dari kisah cinta tragis pasangan itu, banyak yang belajar tentang makna cinta yang mereka miliki. Tak heran kalau kisah Romeo dan Juliet menjadi salah satu buku terlaris dan banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Seluruh dunia ingin tahu tentang cinta mereka.
Begitu pula dengan Jane Austen, novelis Inggris yang hidup pada abad ke-18 ini rela tak menikah demi cintanya pada sang kekasih, Tom Lefroy. Kisah kasih mereka harus kandas karena Tom Lefroy tak bisa menikahi Jane. Meski Tom akhirnya menikahi wanita lain namun Jane tetap mempertahankan cintanya. Jane menuangkan kisah cintanya pada beberapa novel karyanya. Itu semua dilakukan Jane agar setiap orang bisa menghargai dan mempertahankan cinta yang mereka miliki. Sense and Sensibility (1811), Pride and Prejudice (1813), Mansfield Park (1814), dan Emma (1816) merupakan beberapa karya Jane Austen yang sangat terkenal. Bahkan novel karya Jane itu sudah pula difilmkan. Semuanya berbicara tentang cinta dan bagaimana manusia memaknainya. Membaca karya Jane, Anda pasti akan merasakan makna cinta yang dirasakan Jane terhadap kekasihnya. Dan Anda bisa belajar darinya.
Lain lagi dengan Margaret Mitchel, penulis novel epic Gone with the Wind ini menuang kisah cinta yang romantis di masa perang sipil (civil war). Setiap orang tak akan bosan membaca perjalanan cinta Scarlett O’Hara dengan Rhett Butler dalam novel tersebut. Mereka akan selalu terinspirasi dengan kisah cinta yang tak pernah terlupa sepanjang masa itu. Gone with the Wind tak hanya memberi inspirasi namun juga memberi semangat cinta untuk mereka yang dirundung masalah cinta. Lewat novel itu, orang akan lebih menghargai cinta yang mereka miliki dan akan paham bagaimana harus berkorban demi cinta.
Siapa yang tak kenal dengan Khalil Gibran atau Kahlil Gibran, karya-karya syairnya selalu bertabur dengan cinta. Syair cintanya banyak menginspirasi orang untuk mencari dan mendapatkan cinta sejatinya. Dalam setiap bait syair atau puisinya, kata-kata Gibran digunakan banyak orang untuk menarik hati pujaan mereka. Bahkan tak sedikit yang menggunakannya untuk tujuan menggoda. Kata-kata Gibran memang indah dan menyentuh. Membaca karya Gibran, orang-orang akan merenung sejenak untuk memaknai arti cinta yang sebenarnya. Dan itu menjadi sumber kekuatan untuk cinta mereka. Walau kisah cinta Gibran sendiri kandas namun karya-karyanya tetap menjadi kekuatan bagi cinta orang lain hingga kini.
Memang benar adanya, sebuah karya fenomenal kadang terlahir dari perasaan yang patah dan cinta yang luluh lantak. Orang yang sedang patah seringkali memiliki banyak inspirasi. Itu sudah dibuktikan oleh Jane Austen dan Khalil Gibran. Rasa sakit yang mereka rasakan karena cinta, mereka tuangkan dalam goresan-goresan pena di kertas. Seluruh emosi mereka salurkan dalam tulisan. Mereka ingin memberitahukan pada orang lain tentang perasaan cinta mereka yang suci. Rasa sakit yang mereka alami karena cinta akan menjadi sumber kekuatan bagi cinta orang lain, agar tak bernasib seperti cinta mereka. Kisah cinta mereka akan terus menjadi karya abadi sepanjang masih dibaca orang. Dan kita pun bisa belajar cinta lewat buku-buku karya mereka itu.
Sumber buku: http://endibiaro.blogdetik.com
Begitu pula dengan Jane Austen, novelis Inggris yang hidup pada abad ke-18 ini rela tak menikah demi cintanya pada sang kekasih, Tom Lefroy. Kisah kasih mereka harus kandas karena Tom Lefroy tak bisa menikahi Jane. Meski Tom akhirnya menikahi wanita lain namun Jane tetap mempertahankan cintanya. Jane menuangkan kisah cintanya pada beberapa novel karyanya. Itu semua dilakukan Jane agar setiap orang bisa menghargai dan mempertahankan cinta yang mereka miliki. Sense and Sensibility (1811), Pride and Prejudice (1813), Mansfield Park (1814), dan Emma (1816) merupakan beberapa karya Jane Austen yang sangat terkenal. Bahkan novel karya Jane itu sudah pula difilmkan. Semuanya berbicara tentang cinta dan bagaimana manusia memaknainya. Membaca karya Jane, Anda pasti akan merasakan makna cinta yang dirasakan Jane terhadap kekasihnya. Dan Anda bisa belajar darinya.
Lain lagi dengan Margaret Mitchel, penulis novel epic Gone with the Wind ini menuang kisah cinta yang romantis di masa perang sipil (civil war). Setiap orang tak akan bosan membaca perjalanan cinta Scarlett O’Hara dengan Rhett Butler dalam novel tersebut. Mereka akan selalu terinspirasi dengan kisah cinta yang tak pernah terlupa sepanjang masa itu. Gone with the Wind tak hanya memberi inspirasi namun juga memberi semangat cinta untuk mereka yang dirundung masalah cinta. Lewat novel itu, orang akan lebih menghargai cinta yang mereka miliki dan akan paham bagaimana harus berkorban demi cinta.
Siapa yang tak kenal dengan Khalil Gibran atau Kahlil Gibran, karya-karya syairnya selalu bertabur dengan cinta. Syair cintanya banyak menginspirasi orang untuk mencari dan mendapatkan cinta sejatinya. Dalam setiap bait syair atau puisinya, kata-kata Gibran digunakan banyak orang untuk menarik hati pujaan mereka. Bahkan tak sedikit yang menggunakannya untuk tujuan menggoda. Kata-kata Gibran memang indah dan menyentuh. Membaca karya Gibran, orang-orang akan merenung sejenak untuk memaknai arti cinta yang sebenarnya. Dan itu menjadi sumber kekuatan untuk cinta mereka. Walau kisah cinta Gibran sendiri kandas namun karya-karyanya tetap menjadi kekuatan bagi cinta orang lain hingga kini.
Memang benar adanya, sebuah karya fenomenal kadang terlahir dari perasaan yang patah dan cinta yang luluh lantak. Orang yang sedang patah seringkali memiliki banyak inspirasi. Itu sudah dibuktikan oleh Jane Austen dan Khalil Gibran. Rasa sakit yang mereka rasakan karena cinta, mereka tuangkan dalam goresan-goresan pena di kertas. Seluruh emosi mereka salurkan dalam tulisan. Mereka ingin memberitahukan pada orang lain tentang perasaan cinta mereka yang suci. Rasa sakit yang mereka alami karena cinta akan menjadi sumber kekuatan bagi cinta orang lain, agar tak bernasib seperti cinta mereka. Kisah cinta mereka akan terus menjadi karya abadi sepanjang masih dibaca orang. Dan kita pun bisa belajar cinta lewat buku-buku karya mereka itu.
Sumber buku: http://endibiaro.blogdetik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar